Geguritan Bahasa Jawa, mulai punah. Mengingat, generasi saat ini tidak terlalu tahu, apa itu Geguritan Jawa. Dan malah lebih menyukai budaya luar, daripada dalam. Geguritan, lebih identik untuk masyarakat Jawa Timur.
Terdapat beberapa contoh Geguritan, yang sering kita lihat di media sosial maupun buku. Semua, ada formatnya sendiri, dalam berkata-kata, maupun bahasa. Karya sastra Jawa ini, tidak hanya dimiliki oleh orang Jawa Timur, tetapi orang Jawa.
Berikut ini ulasannya!
Apa Itu Geguritan?
Geguritan, adalah salah satu karya sastra Jawa, yang memiliki bentuk penyampaian berupa puisi Jawa modern. Geguritan, berbeda dengan karya sastra Jawa lainnya, jadi memiliki khas. Geguritan, bebas dari aturan-aturan tertentu.
Contoh karya sastra yang ada aturan-aturan tertentu, bisa dilihat dalam Tembang Macapat atau Kidung. Sedangkan, Geguritan adalah susunan bahasa seperti syair dalam bahasa Jawa. Isi Geguritan, lebih ke  ungkapan perasaan dan pikiran para penyair yang sifatnya imajinatif.
Geguritan, tersusun, dan ada unsur pembangunan, tidak terikat dengan aturan. Kita bisa melihat aturan tersebut, dalam guru gatra, guru lagi, dan guru wilangan. Geguritan, sering digunakan untuk menyuarakan ketidakpuasan rakyat kepada pemimpin (seorang raja).
Untuk saat ini, Geguritan sering digunakan untuk ungkapan sastra yang sering dibaca saat acara-acara tertentu. Bisa dilihat, dalam agenda 17 Agustus dan acara formal lainnya, dan sering dilombakan di tingkat sekolah hingga menengah atas.
Tema, Ciri-ciri, dan Jenis Geguritan
Tema dari Geguritan itu sendiri, bisa diambil dalam ranah Ketuhanan, Kemanusiaan, Patriotisme, Cinta Tanah Air, Nasionalisme, Cinta Kerakyatan, dan Demokrasi, serta lain-lain. Intinya, semua aspek untuk kepentingan dan kemajuan bangsa bisa.
Geguritan, bukan bahasa padanan atau bahasa yang digunakan sehari-hari. Tembung atau kata-katanya adalah pilihan, sehingga jumlah lirik tidak ditentukan. Untuk Sajak Akhiran, bebas dan jarang menggunakan tembung atau kata terikat.
Dikutip, dari buku Antologi Geguritan, Tresna lan Kuciwa, ada 2 jenis Geguritan yang perlu kita ketahui, diantaranya:
1. Geguritan lama/lawas/tradisional
Geguritan ini, termasuk Geguritan Tradisional, yang mana terikat aturan tertentu. Mulai dari jumlah gatra (baris) tidak tetap, dengan setiap gatra berisi 8 suku kata. Memiliki bunyi di akhir kata (bersuara sama), dan ada permulaan guritan (diawali dengan kata sun gegurit).
2. Geguritan kontemporer
Geguritan kontemporer, tidak memiliki aturan-aturan tertentu, pada guru lagu (bunyi vokal pada akhir baris) dan guru wilangan (jumlah suku kata tiap barus). Sehingga, tidak bisa disamakan dengan tembang Macapat. Geguritan ini, juga tidak terikat pada metrum, bisa dilihat dalam Kakawin.
Contoh Geguritan
Berikut ini, adalah contoh Geguritan, yang dikutip dari buku Belajar Bahasa Daerah Jawa Untuk Mahasiswa PGSD dan Guru SD karya Rian Damariswara, diantaranya:
1. Tema Keluarga
Ibuku
Ibu…
Sapa kang bisa ngerti aku
Kajaba ibuku
Saben dina saben wektu
Ibu tansah ndidik awakku
Saben ibu duka marang aku
Lara tenan rasane atiku
Ibu…
Aku njaluk restu
Supaya anggonku sinau
Bisa migunani kanggo masa depanku
Ibu…
Au tresna marang ibu
Tanpa ibu aku dudu sapa-sapa
Amarga ibu aku ana ning donya
Maturnuwun ibu
Aku tresna ibu
2. Tema Umum
Pak Tani
Pancen leluhur bebudenmu
Urip prasaja ora kesusu
Ana ing desa kang asri
Urip rukun dadi petani
Tanduran digulawenthah ngati-ati
Gotong royong iku wis mesthi
Asile dienteni wong sanagari
Ora lali syukur rina wengi
Bu Tani uga pola
Nyiapake dhaharan ana ing omah
Banjur digawa menyang sawah
Dhahar ing galengan kanthi bungah
Itulah, Geguritan Bahasa Jawa, jika dilihat dalam beberapa sisi/hal.
Maknanya apa? Geguritan ini tentang omahku