Perbedaan EYD dan PUEBI yang Wajib Anda Pahami

Bagi generasi lama, tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang dikenal dengan sebutan EYD atau Ejaan yang Disempurnakan pasti bukan hal asing. Sistem ejaan dalam Bahasa Indonesia telah ada sejak tahun 1947 yang memakai sistem Ejaan Soewandi, tahun 1959 memakai Ejaan Melindo dan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada tahun 1972 lalu. Kini sistem ejaan telah kembali berubah memakai sistem PUEBI atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sejak 26 November 2015 lalu. Sebenarnya, bagaimana perbedaan EYD dan PUEBI tersebut? 

3 Perbedaan EYD dan PUEBI

Dampak perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan seni membuat EYD yang telah digunakan lebih dari tiga dekade berganti menjadi PUEBI selama enam tahun terakhir ini. Dalam sistem ejaan ini, apa saja yang diubah dalam PUEBI  ini? Yuk, simak rangkuman perbedaan EYD dan PUEBI dalam tata bahasa berikut!

  • Penambahan huruf diftong

PUEBI melakukan perubahan pada huruf diftong ei karena Bahasa Indonesia mulai menyerap banyak istilah asing. Contoh kata dalam Bahasa Indonesia yang menyerap huruf diftong ei adalah survei yang berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu survey, ada pula kata eigendom, geiser dan lain-lain. 

Kini ada empat huruf diftong yang ada pada sistem ejaan resmi PUEBI yaitu ai, au, ei, dan oi. Kenali penulisan huruf diftong yang benar agar Anda bisa meminimalisir penggunaan kata serapan bahasa asing dalam penulisan karya. Baik artikel, makalah, opini, prosa, dan lain-lain. Penggunaan kaidah bahasa yang benar bisa menjadi bukti bahwa Anda memahami Bahasa Indonesia lebih baik, lho!

  • Penggunaan huruf tebal 

perbedaan eyd dan puebi

Tidak hanya penambahan kata serapan bahasa asing yang memakai huruf diftong ei, PUEBI juga melakukan perubahan pada penggunaan huruf tebal. Perbedaan EYD dan PUEBI sangat jelas sebab penggunaan huruf tebal belum diatur pada ejaan sebelumnya sehingga PUEBI menyempurnakan penggunaan huruf tebal ini. 

Artikel Terkait  Perbedaan Skala Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio

Kini penggunaan huruf tebal diatur untuk menuliskan bagian karangan seperti judul buku, penulisan bab, sub bab, dan lain-lain. Tulisan yang sudah dimiringkan juga bisa diperjelas dengan penggunaan huruf tebal sesuai kaidah tata bahasa yang benar. Anda bisa menulis karya menjadi lebih apik dengan pemakaian huruf tebal sesuai tempatnya.

  • Penggunaan huruf kapital

Bagi orang awam, penggunaan huruf kapital paling jelas dipakai untuk menuliskan nama seseorang atau tempat. Kini PUEBI sudah mengatur penggunaan huruf kapital untuk unsur julukan. Contoh pemakaian huruf kapital untuk unsur julukan ini, misalnya Bapak Proklamator, Bapak Pembangunan, Si Pahit Lidah, dan lain-lain. 

Sebelumnya, EYD merangkum penggunaan huruf kapital untuk penulisan nama seseorang, penggunaan awal kalimat, awal kalimat petik langsung, kata nama agama, kitab suci, penulisan nama Tuhan, penggunaan gelar kehormatan, dan masih banyak ketentuan lain. 

Selain itu, PUEBI juga mencatat penulisan sapaan memakai huruf kapital, misalnya Kutu Buku. Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap terkait perubahan yang terangkum pada PUEBI, sebaiknya Anda memiliki buku panduan ini. Bisa pula mengecek pedoman penulisan yang benar melalui situs resmi Badan Bahasa Kemendikbud, ya!

Tim Pengembang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia akan terus melakukan perbaikan atau perkembangan tata bahasa sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh sebab itu, Anda yang berkutat dengan dunia kepenulisan Bahasa dan Sastra Indonesia, mengetahui perbedaan EYD dan PUEBI dengan membeli buku PUEBI resmi yang diterbitkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan kaidah bahasa yang benar, Anda telah menjadi WNI yang memantapkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara, ya!

Click to rate this post!
[Total: 0 Average: 0]

Tinggalkan komentar