Sering Dianggap Serupa, Inilah Perbedaan Halusinasi dan Delusi

Ketika membahas tentang kesehatan mental, terdapat istilah halusinasi dan delusi. Banyak yang menganggap halusinasi dan delusi tersebut sama saja atau bermakna sama. Padahal halusinasi dan delusi merupakan dua kondisi yang berbeda lho.

Beberapa penderita gangguan mental pernah mengalami halusinasi dan delusi. Karena kondisi tersebut merupakan salah satu gejala bahwa terdapat gangguan kesehatan mental. Penderita gangguan mental yang mengalami kondisi tersebut susah untuk membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.

Baik halusinasi maupun delusi, terjadi pada saat otak memproses atau merasakan suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Hal tersebutlah yang membuat penderita gangguan mental susah untuk membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.

Perbedaan halusinasi dan delusi

Untuk mengetahui perbedaan halusinasi dan delusi, simak informasinya berikut ini.

Halusinasi

Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, melihat, mencium, dan merasa sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Kondisi halusinasi terjadi oleh pikiran penderita gangguan mental sendiri tanpa adanya sumber yang nyata.

Penyebab:

Penyebab terjadinya halusinasi yaitu karena gangguan kejiwaan tertentu, seperti skizofrenia, skizofrenia paranoid, demensia, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan bipolar atau depresi dengan gejala psikosis. Selain itu, halusinasi juga bisa terjadi pada orang yang mengalami gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, delirium, stroke, dan penyakit Alzheimer.

Penyebab halusinasi bisa terjadi karena beberapa beberapa hal seperti, gangguan mental, penyalahgunaan obat, kekurangan waktu tidur, dan kondisi kesehatan.

Contoh:

Saat mengalami halusinasi, penderitanya akan seperti melihat objek atau mendengar sesuatu, tapi sebenarnya hal tersebut tidak ada dan tidak terlihat oleh orang lain. Contohnya seseorang seperti mendengar suara orang lain yang berbicara kepadanya, padahal sebenarnya tidak ada yang berbicara dengan orang tersebut.

Artikel Terkait  Penyebab Gigi Berlubang, Waspadai dari Sekarang

Jenis halusinasi:

Hal yang terjadi pada seseorang saat mengalami halusinasi terdapat beberapa jenis, antara lain halusinasi visual, halusinasi olfaktori, halusinasi gustatory, halusinasi auditory, dan halusinasi tactile.

Cara menangani:

Apabila seseorang mengalami halusinasi, kita bisa menolongnya dengan pemberian obat yang memperlambat kerja otak. Selain itu apabila mengalami halusinasi juga memerlukan konseling kejiwaan, agar seseorang yang mengalami halusinasi dapat mengerti lebih baik akan kondisi yang dialaminya.

Delusi

Delusi adalah salah satu gejala khas dari gangguan mental, seperti psikosis, skizofrenia, gangguan kepribadian, gangguan bipolar, dan demensia. Akan tetapi, terkadang orang yang sedang depresi atau terkena penyakit Parkinson juga bisa mengalami delusi.

Delusi merupakan jenis gangguan mental dimana penderitanya tidak dapat membedakan kenyataan dan imajinasi, sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia pikirkan dan meyakinkan orang lain bahwa hal tersebut adalah fakta.

Penyebab:

Delusi bisa terjadi beberapa penyebab seperti, genetik, biologis (pertumbuhan tumor otak), lingkungan atau psikologis. 

Contoh:

Contoh dari delusi paranoid adalah ketika seseorang merasa ada orang lain yang membenci atau ingin menyakiti mereka, padahal tidak ada.

Jenis delusi:

Hal yang terjadi pada seseorang saat mengalami delusi dapat bervariasi tergantung pada jenis delusi yang mereka alami, antara lain, erotomatic, grandiose, jealous, persecutory, somatic, dan mixed.

Cara menangani:

Orang yang mengalami delusi bisa ditangani dengan terapi kejiwaan seperti psikoterapi, terapi perilaku kognitif, dan terapi keluarga. Tujuan terapi kejiwaan pada penderita delusi adalah untuk mengurangi stress, membantu penderita berinteraksi dan mendekatkan penderita dengan keluarga dan orang terdekat.

Selain itu orang yang mengalami delusi juga bisa menggunakan terapi obat yang mencakup obat neuroleptic dan antipsikotik untuk menekan hormon dopamine dan serotonin pada otak serta obat antidepresan.

Click to rate this post!
[Total: 0 Average: 0]

Tinggalkan komentar